Boru ni raja sudah sepatutnya untuk dikenang dan dimuliakan. Dalam pengertian, bahwasanya perempuan Batak patut ditempatkan di tempat terbaik. Budaya Batak sendiri, sebenarnya telah sedari dulu menempatkan wanita pada urutan teratas.
Bukan tanpa alasan, atau untuk membela perempuan Batak secara sepihak atau mengedepankan perempuan dibanding laki-laki, tapi, kenyataan, ada aturan yang mesti diingat adalah acuan untuk hal ini. Masyarakat Batak yang memang menganut system patrilineal, tidak berarti kaum Adam Batak menjadi pemegang kedudukan superior di dalam keluarga dan masyarakat.
Perempuan Batak bukan perempuan biasa. Perempuan Batak yag dalam kenyataannya juga kita bias jumpai lengkap dengan perjuangannya bertahan hidup, yang selalu tahu bagaimana bersikap menghadapi dunia yang kian hari kian terjal dan kejam. Perempuan Batak,secara umum, benar-benar menonjolkan sikap rajani yang memang patut dihormati. Perempuan Batak dipersiapkan untuk memegang posisi penting di tengah-tengah keluarga. Terlebih setelah menikah. Setelah menikah, maka seorang perempuan Batak diharuskan memegang 4 posisi dalam keluarga, yaitu, menjadi istri bagi suaminya, menjadi ibu kedua bagi adik-adik suaminya, menjadi ibu dari anak-ananknya, dan menjadi boru dalam tiap ulaon-ulaon keluarga dari pihaknya, sebagaimana yang Gobatak kutip dari blog Sitohang Par Bintan.
The problem is, sejauh apa kita menyadari peran penting seorang perempuan Batak dalam hidup kita, baik dalam acara adat maupun di luar konsep adat tersebut? Sadarkah bahwasanya tanpa kehadiran seorang boru, maka acara adat tak akan bias terlaksana? Sudahkan kita menghargai boru, dan meletakkan sejenak superior kita?
ukiran boru batak
Seorang ibu bagi Batak adalah guru yang paling handal bagi keluarganya. Sosok seorang ibu Batak adalah media paling ampuh dalam menularkan dan menurunkan dalil dan falsafah hidup Batak kepada anak-anaknya. Kelembutan dan kecerewetan berpadu dalam diri seorang perempuan Batak, tidak peduli apakah perempuan itu masih berstatus lajang atau sudah menikah. Namun, perempuan Batak tidak begitu saja bersikap tanpa tahu situasi dan kondisi. Perempuan Batak adalah wanita terkuat di dunia yang bisa dengan sukses berpegang teguh pada konsep kehormatan dan penghormatan, yaitu, kepatutan, moral, etika, sensitivitas, dignity, pride, wisdom, tradisi dan adat istiadat, dan sebagainya.
Sudah saatnya mengubah pola pikir yang menganggap perempuan Batak sebagai kaum interior. Perlu diingat, wanita Batak telah di’daftarkan’ dan ditetapkan untuk dihormati. Hal ini dibuktikan dengan adanya 4 bulatan dengan titik hitam pada relief Rumah Adat Batak. Sebagaimana yang Gobatak peroleh dari Dangstart Blog, keempat bulatan dengan titik hitam tersebut adalah symbol payudara wanita, yang melambangkan Ibu, Kasih Sayang, Kehidupan dan Kesuburan. Perempuan Batak bukan perempuan biasa. Mereka lebih dari apa yang ada di atas canda tawa. Mereka adalah sumber hidup yang patut dihormati, bukan dikuasai.
No comments :
Post a Comment